Berjalan, Mendaki, Melintas dan Menikmati Setiap Pesona yang Disuguhkan Alam

Sunday 1 June 2014

Antara Ae Kipa dan Uma Ria




Ahad (01-06-2014) kemarin, kami kembali melakukan pendakian, lebih tepatnya pendakian pelampiasan. Yak, kami menyebutnya pelampiasan karena melenceng dari rencana awal hehe..

Sejatinya, Ahad di awal Juni ini kami telah mengagendakan untuk melakukan pendakian ke Gunung Wongge. Rencana telah ditentukan, waktupun telah ditetapkan. Pagi hari, kami bersiap-siap melakukan pendakian, namun ternyata Pak Harun, salah seorang sesepuh yang akan menunjuk jalan untuk kami, tertimpa musibah. Salah satu familinya meninggal dunia. Akhirnya kami terpaksa membatalkan rencana pendakian menuju Gunung Wongge.

Setelah berembug bersama, kami pun memutuskan untuk pergi ke Ae Kipa, disana terdapat air terjun, “Ae Ghali”. Kami tiba di lokasi air terjun pukul 10.00 pagi, tak butuh banyak waktu untuk ke lokasi itu. Dari jalan kita hanya berjalan kaki tak lebih dari 10 menit dengan kondisi medan berbatu dan tanjakkan ringan. Setalah tiba dan beristirahat sejenak, kami langsung bergegas pulang. Yak, sejujurnya disana, selain karena view-nya yang biasa saja (konon katanya, lokasi ini sangat indah, namun semuanya berubah setelah terjadi gempa tahun 1992), kami juga tak bisa mandi secara leluasa.



































































Berhubung tenaga kami yang masih on fire (Ceilee.. bahasa nya, gaya bener), kami mencari medan pendakian lain. Kami menuju “Uma Ria”, sebuah bukit yang berada di sekitar Pantai Nanga Nasa Ende.


Dan benar saja, disanalah semangat kami terkobar kembali. Tantangan mendaki terhampar di hadapan. Yak, meski tergolong bukit, medan yang terjal dan terik mentari cukup menguras keringat. Sungguh kekecewaan kami terhapuskan terutama saat kami berada di puncak bukit. Rasa letih dan lelah hilang seketika berganti kenikmatan. Alhamdulillah.















































































No comments:

Post a Comment