Assalamualaikum, salam lestari!
Gunung
Iya. Ya, lagi lagi Gunung Iya. Pesona gunung api ini begitu menggoda untuk
ditaklukan lagi dan lagi. Seolah telah menjadi “racun” dan “candu”, meski entah
berapa kali telah kau daki. Entah berapa peluh yang kau cucurkan. Entah berapa
lelah yang kau rasakan, Gunung Iya selalu punya cara untuk memupuskan semua
rasa itu dan menggantinya dengan senyum dan kenikmatan.
Saat
kau telah berada di puncaknya, kau akan lupa betapa lelahnya mendaki. Kau akan
lupa betapa getirnya menyusuri bibir jurang. Beratnya menapaki bebatuan cadas. Melawan
terik mentari. Dan menahan dahaga. Kau akan lupa. Dan kau akan bahagia disana. Lambaian
pohon camara telah menantimu disana. Semilir angin menyejukan sekujur tubuh. Melodi
pohon cemara yang tertiup angin menambah padunya harmoni alam. Subhanallah. Amazing!
Ahad
(26/04/15) pukul 02.30 dini hari, kami melakukan pendakian lagi ke Gunung Iya
Ende. Inilah untuk kedua kalinya kami melakukan pendakian di malam hari. Meski sama-sama
di waktu malam (gelap), tetap saja setiap pendakian punya kesan yang berbeda. Selalu
ada sensasi di setiap tapak langkah kaki yang terayun.
Saat
memulai pendakian langit Gunung Iya terlihat gelap tak berbintang. Mendung. Meski
begitu, kami tetap melakukan pendakian. Alam masih bersahabat dengan kami. Hujan
tidak juga turun. Kami terus berjalan hingga akhirnya saat sampai di
pertengahan Gunung Iya hujanpun turun. Guyuran hujan membuat sensasi pendakian
bertambah nikmat. Kami terus berjalan. Hingga mendekati area pohon cemara
hujanpun reda. Kami istrahat sejenak. Selain rehat, anggota kami juga bersiap
untuk sholat subuh.
Perjalanan
kami lanjutkan. Dan lagi-lagi alam memberi kami kesan yang begitu indah. Saat kami
tiba di puncak, langit Iya terlihat cerah, tak ada lagi tanda mendung. Kami bersyukur
bisa menikmati sunrise. (Eh, lupa. Karena ada kesalahan teknis, foto sunrise (dan juga sebagian momen lainnya)
tidak bisa kami tampilkan sekarang. Besok juga gak tau. Lain kali aja yak kalo
kami ke Puncak lagi. Hik.. hik.. *sedih)
Pagi
kian berlalu. Sekitar pukul 07.50 satu persatu pendaki lain mulai bermunculan. Ada
yang terlihat lelah. Namun sebagian lagi terlihat begitu semangat untuk
mencapai bibir kawah. Hal indah yang kami dapati kali ini adalah kabut yang
turun di puncak Gunung Iya. Terlebih di daerah lembah, kabut terlihat begitu
pekat hingga jarak pandangan sangat terbatas.
Pukul 09.00 pagi kami turun gunung. Dalam perjalan pulang kami bernyanyi bersama. Hal ini mengundang perhatian dari pendaki lain. Betapa tidak, saat semua baru saja tiba di puncak, kami malah turun gunung. Alhamdulillah kami tiba dengan selamat tak kurang apapun terkecuali sepatu salah seorang anggota kami menjadi tumbal kali ini hehe..
No comments:
Post a Comment