Berjalan, Mendaki, Melintas dan Menikmati Setiap Pesona yang Disuguhkan Alam

Wednesday, 29 April 2015

Gunung Iya; Menerobos Gelap dan Guyuran Hujan


Assalamualaikum, salam lestari!

Gunung Iya. Ya, lagi lagi Gunung Iya. Pesona gunung api ini begitu menggoda untuk ditaklukan lagi dan lagi. Seolah telah menjadi “racun” dan “candu”, meski entah berapa kali telah kau daki. Entah berapa peluh yang kau cucurkan. Entah berapa lelah yang kau rasakan, Gunung Iya selalu punya cara untuk memupuskan semua rasa itu dan menggantinya dengan senyum dan kenikmatan.

Saat kau telah berada di puncaknya, kau akan lupa betapa lelahnya mendaki. Kau akan lupa betapa getirnya menyusuri bibir jurang. Beratnya menapaki bebatuan cadas. Melawan terik mentari. Dan menahan dahaga. Kau akan lupa. Dan kau akan bahagia disana. Lambaian pohon camara telah menantimu disana. Semilir angin menyejukan sekujur tubuh. Melodi pohon cemara yang tertiup angin menambah padunya harmoni alam. Subhanallah. Amazing!


Ahad (26/04/15) pukul 02.30 dini hari, kami melakukan pendakian lagi ke Gunung Iya Ende. Inilah untuk kedua kalinya kami melakukan pendakian di malam hari. Meski sama-sama di waktu malam (gelap), tetap saja setiap pendakian punya kesan yang berbeda. Selalu ada sensasi di setiap tapak langkah kaki yang terayun.






































Saat memulai pendakian langit Gunung Iya terlihat gelap tak berbintang. Mendung. Meski begitu, kami tetap melakukan pendakian. Alam masih bersahabat dengan kami. Hujan tidak juga turun. Kami terus berjalan hingga akhirnya saat sampai di pertengahan Gunung Iya hujanpun turun. Guyuran hujan membuat sensasi pendakian bertambah nikmat. Kami terus berjalan. Hingga mendekati area pohon cemara hujanpun reda. Kami istrahat sejenak. Selain rehat, anggota kami juga bersiap untuk sholat subuh. 















 


Perjalanan kami lanjutkan. Dan lagi-lagi alam memberi kami kesan yang begitu indah. Saat kami tiba di puncak, langit Iya terlihat cerah, tak ada lagi tanda mendung. Kami bersyukur bisa menikmati sunrise. (Eh, lupa. Karena ada kesalahan teknis, foto sunrise (dan juga sebagian momen lainnya) tidak bisa kami tampilkan sekarang. Besok juga gak tau. Lain kali aja yak kalo kami ke Puncak lagi. Hik.. hik.. *sedih)






























 
Pagi kian berlalu. Sekitar pukul 07.50 satu persatu pendaki lain mulai bermunculan. Ada yang terlihat lelah. Namun sebagian lagi terlihat begitu semangat untuk mencapai bibir kawah. Hal indah yang kami dapati kali ini adalah kabut yang turun di puncak Gunung Iya. Terlebih di daerah lembah, kabut terlihat begitu pekat hingga jarak pandangan sangat terbatas.

  


 
  










































 


 










Pukul 09.00 pagi kami turun gunung. Dalam perjalan pulang kami bernyanyi bersama. Hal ini mengundang perhatian dari pendaki lain. Betapa tidak, saat semua baru saja tiba di puncak, kami malah turun gunung. Alhamdulillah kami tiba dengan selamat tak kurang apapun terkecuali sepatu salah seorang anggota kami menjadi tumbal kali ini hehe..
 









































No comments:

Post a Comment